Senin, 20 April 2009

Kita dan Ragam Baku

Telah sering kita dengar anjuran yang berbunyi "Gunakanlah bahasa Indonesia yang Baik dan Benar," entah melalui layar televisi, melalui radio, atau mungkin juga melalui media cetak, seperti koran, dan poster-poster. Anjuran tersebut memang seharusnya kita perhatikan dan kita laksanakan sebab bahasa Indonesia adalah bahasa nasional kita, yang sekaligus juga bergungsi sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

Banyaknya anggapan bahwa bahasa yang baik dan benar itu identik dengan bahasa baku. anggapan tersebut, sebagian besar datang dari yang awam dalam bidang kebahasaan, sebab bagi mereka bahasa itu ada dua macam, yaitu bahasa yang "tinggi" dan yang "rendah'. Bahasa baku adalah ragam bahasa Indonesia yang digunkaan dalam situasi formal atau resmi. secara tertulis, misalnya dalam surat-menyurat (surat dinas, lamaran, dll). sedangkan secara lisan, misalnya sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan, rapat, pidato, khutbah, dll.

sering kita mendengar bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang mudah dan tidak perlu untuk dipelajari lebih mendalam. terlepas dari anggapan tersebut, kebanyakan dari masyarakat kita sendiri yang mengakui bahwa bahasa indonesia adalah bahasa yang biasa berbeda dengan bahasa asing. dilihat dari manfaat kedua bahasa itu sendiri perbedaannya sangat jauh. hal ini disebabkan bahasa asing lebih ngetop dan gaul dan menjadi pengantar khususnya pada zaman seperti ini. terlepas dari anggapan tersebut, sebagai warga Indonesia kita semakin nampak bodoh yang lebih suka dan bangga akan budaya dan bahasa orang lain daripada bahasa dan budayanya sendiri. kenapa? hal yang sedemikian ini bisa kita lihat dari kemampuan orang Indonsia sendiri yang tidak bisa memakai dan mengenal bahasanya sendiri dengan benar. banyaknya kesalahan penulisan masih kerap dilakukan oleh kita, tanpa kita sadari bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang sulit. seseorang bisa mengatakan bahasa Indonesia itu mudah apabila mereka sudah mampu menggunakan bahasa itu dengan baik dan benar. tetapi untuk menunjukkan kebenaran tersebut sangatlah sulit. Hal ini bisa kita lihat contoh kesalahan kecil penulisan di toko obat yaitu "apotek." dari banyakanya apotek di Indonesia, mereka masih menuliskan dengan kata "Apotik", indera ditulis dengan kata indra, november ditulis nopember, doa ditulis do'a, Quran ditulis Qur'an, Idulfitri ditulis Idul Fitri, kerja sama yang seharusnya dipisah ditulis kerjasama, dst.

Dengan banyaknya kesalahan akibat terlalu meremehkan bahasanya sendiri dan lebih bangga akan bahasa orang lain, menjadikan masyarakat Indonesia semakin bodoh di mata sebagian khalayak orang. Sikap gengsi yang besar serta sikap sombong yang dimiliki oleh masyatakat indonsia, yaitu kurang sukanya mereka dengan bahasa mereka sendiri sebenranya adalah sesuatu yang dapat merugikan dirinya sendiri. sikap gengsi dan enggan mengakui juga turut dirasakan oleh para mahasiswa. kebanyakan dari mahasiswa yang mengambil jurusan bahasa Indonesia di lingkungan masyarakatnya, mereka sangat sulit untuk mengaku jurusan bahasa Indonesia, mereka cenderung merasa malu dan gengsi untuk mengakui. Mereka lebih suka berbohong dengan mengaku jurusan yang dirasa lebih keren. Dengan mengambil jurusan bahasa Indonesia mereka merasa seolah sangat ketinggalan karena bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang sudah kita pelajari sejak duduk di bangku Sekolah Dasar sehingga tidak layak untuk dipelajari lebih dalam.

2 komentar:

  1. Eliv............
    nie Q yang pertama kasih commen di artikel U yang nie, so kunjungi n commen juga ke blog Q yow!!!!
    jgn lupa jadi pengikut Q juga, nie q juga dah jadi pengikut U, key!!!

    BalasHapus
  2. Oio, Q ina. Q pake nama pelangi sastra nie kalo kasih commen.

    BalasHapus