Minggu, 26 April 2009

Kita dan Ejaan

Banyak orang bertanya, apakah sebenarnya ejaan itu? seperti yang dikatakan oleh A. Chaer dalam bukunya "pembakuan bahasa Indonesia" ejaan itu tidak lain adalah konvensi grafis, atau perjanjian tulis-menulis yang dilakukan suatu masyarakat bahasa untuk menulis bahasanya. jika dibandingkan, sistem ejaan bahasa indonesia dengan sistem eaan bahasa asing (inggris), sangat jelas bahwa ejaan bahasa indonesia jauh lebih baik. Ejaan bahasa Indonesia dinilai lebih konsisten daripada ejaan bahasa inggris. hal ini bisa dilihat dari konvensi penggunan huruf untuk menggantikan bunyi ujarannya. untuk mengenal lafal dalam bahasa inggris pada sebuah kata, seseorang tidak akan dan jarang sekali langsung bisa melafalkan dengan tepat dan benar, tetapi untuk mengetahui dan melafalkan dengan benar kita harus mempelajarinya terlebih dahulu dengan mendengarkan ucapan orang lain atau melihatnya dalam kamus.

Pada zaman yang serba canggih, dengan sumber daya manusia yang berpengetahuan tinggi tidak lantas menjadikan mereka menjadi orang yang benar-benar pintar ketika mereka belum bisa membuktikan kemampuan berbahasa mereka. Kesalahan penggunaan ejaan masih banyak terjadi di kalangan masyarakat. Meskipun ejaan kita lebih baik daripada ejaan bahasa inggris, tetapi ejaan kita tidak bisa dikatakan sebagai ejaan yang ideal. Hal ini dikarenakan banyaknya ejaan yang hampir beberapa kali disempurnakan. Kesulitan dan kurang pahamnya kita terkait fungsi ejaan itu sendiri mampu menimbulkan kekeliruan atau kesalahan terutama dalam menggunakan huruf, pemenggalan kata, menulis kata, serta penggunaan tanda baca. banyaknya kekeliruan yang sering kita lakukan dalam penggunaan huruf dikarenakan adanya sejumlah bunyi ujar yang hampir sama, sehingga kita keliru dalam memilih huruf mana yang harus digunakan untuk melambangkan bunyi itu. misalnya, penggunaan huruf [p] dan [b] pada akhir kata yang biasanya terdengar sama dan hampir sulit untuk dibedakan. kesulitan lain adalah ketika menghadapi kata-kata yang berasal dari unsur serapan. misalnya, bunyi ujar [f] dari bahasa Arab yang kemudian diganti dan dilafalkan dengan huruf [p], sebagai contoh kata paham dan pikir. Kalau kita telusuri asal kedua kata ini adalah faham dan fikir menggunakan huruf [f] bukan [p]. Tidak hanya pelafalan, dalam penulisan gabungan kata juga masih banyak terjadi kesalahan. menurut pedoman EYD, kalau unsur-unsur dalam gabungan kata itu merupakan unsur-unsur yang dapat berdiri sendiri, maka harus ditulis terpisah. misalnya, wali kota, air putih, dst. sedangkan kalau dalam gabungan kata itu ada unsurnya yang tidak bisa berdiri sendiri, maka harus ditulis serangkai. seperti, antarkota, kosakata, subjudul, dst. Tetapi tidak sedikit di antara kita yanmg menuliskan secara terpisah; kosa kata, antar kota, sub judul, dst.

Kesalahan-kesalahan di atas lebih sedikit dibanding dengan banyaknya kesalahan yang dilakukan dalam penggunaan tanda baca. Kesalahan ini banyak sekali kita temui baik dalam tulisan sehari-hari maupun di media cetak. keteledoran dan kurang telti serta kurang pahamnya kita akan fungsi dari tanda baca itusah yang menyebabkan kesalahan dalam tulisan kita. Kalau kita lihat kesalahan-kesalahan ejaan yang banyak kita lakukan dalam menuliskan bahasa kita, memang merupakan kesalahan umum yang banyak terjadi, dan banyak atau pernah dilakukan oleh siapa saja di antara kita. Namun, kalau kita mengakui bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa negara, maka mau tidak mau kita harus menggunakannya sebaik mungkin. bagaiman aorang lain bisa menghargai bahasa kita kalau kita sendiri tidak terlalu peduli kepada bahasa kita sendiri; termasuk dalam hal penggunaan ejaan.


Senin, 20 April 2009

Kita dan Ragam Baku

Telah sering kita dengar anjuran yang berbunyi "Gunakanlah bahasa Indonesia yang Baik dan Benar," entah melalui layar televisi, melalui radio, atau mungkin juga melalui media cetak, seperti koran, dan poster-poster. Anjuran tersebut memang seharusnya kita perhatikan dan kita laksanakan sebab bahasa Indonesia adalah bahasa nasional kita, yang sekaligus juga bergungsi sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

Banyaknya anggapan bahwa bahasa yang baik dan benar itu identik dengan bahasa baku. anggapan tersebut, sebagian besar datang dari yang awam dalam bidang kebahasaan, sebab bagi mereka bahasa itu ada dua macam, yaitu bahasa yang "tinggi" dan yang "rendah'. Bahasa baku adalah ragam bahasa Indonesia yang digunkaan dalam situasi formal atau resmi. secara tertulis, misalnya dalam surat-menyurat (surat dinas, lamaran, dll). sedangkan secara lisan, misalnya sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan, rapat, pidato, khutbah, dll.

sering kita mendengar bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang mudah dan tidak perlu untuk dipelajari lebih mendalam. terlepas dari anggapan tersebut, kebanyakan dari masyarakat kita sendiri yang mengakui bahwa bahasa indonesia adalah bahasa yang biasa berbeda dengan bahasa asing. dilihat dari manfaat kedua bahasa itu sendiri perbedaannya sangat jauh. hal ini disebabkan bahasa asing lebih ngetop dan gaul dan menjadi pengantar khususnya pada zaman seperti ini. terlepas dari anggapan tersebut, sebagai warga Indonesia kita semakin nampak bodoh yang lebih suka dan bangga akan budaya dan bahasa orang lain daripada bahasa dan budayanya sendiri. kenapa? hal yang sedemikian ini bisa kita lihat dari kemampuan orang Indonsia sendiri yang tidak bisa memakai dan mengenal bahasanya sendiri dengan benar. banyaknya kesalahan penulisan masih kerap dilakukan oleh kita, tanpa kita sadari bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang sulit. seseorang bisa mengatakan bahasa Indonesia itu mudah apabila mereka sudah mampu menggunakan bahasa itu dengan baik dan benar. tetapi untuk menunjukkan kebenaran tersebut sangatlah sulit. Hal ini bisa kita lihat contoh kesalahan kecil penulisan di toko obat yaitu "apotek." dari banyakanya apotek di Indonesia, mereka masih menuliskan dengan kata "Apotik", indera ditulis dengan kata indra, november ditulis nopember, doa ditulis do'a, Quran ditulis Qur'an, Idulfitri ditulis Idul Fitri, kerja sama yang seharusnya dipisah ditulis kerjasama, dst.

Dengan banyaknya kesalahan akibat terlalu meremehkan bahasanya sendiri dan lebih bangga akan bahasa orang lain, menjadikan masyarakat Indonesia semakin bodoh di mata sebagian khalayak orang. Sikap gengsi yang besar serta sikap sombong yang dimiliki oleh masyatakat indonsia, yaitu kurang sukanya mereka dengan bahasa mereka sendiri sebenranya adalah sesuatu yang dapat merugikan dirinya sendiri. sikap gengsi dan enggan mengakui juga turut dirasakan oleh para mahasiswa. kebanyakan dari mahasiswa yang mengambil jurusan bahasa Indonesia di lingkungan masyarakatnya, mereka sangat sulit untuk mengaku jurusan bahasa Indonesia, mereka cenderung merasa malu dan gengsi untuk mengakui. Mereka lebih suka berbohong dengan mengaku jurusan yang dirasa lebih keren. Dengan mengambil jurusan bahasa Indonesia mereka merasa seolah sangat ketinggalan karena bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang sudah kita pelajari sejak duduk di bangku Sekolah Dasar sehingga tidak layak untuk dipelajari lebih dalam.

Kita dan Bahasa Indonesia (di mata para pelajar)

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang tidak asing lagi buat kita sebagai warga indonesia. Secara umum bahasa Indonesia bisa kita sebut sebagai bahasa kedua, bahasa yang tidak selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari di rumah, tetapi cenderung sering dipakai dalam lingkungan formal, seperti pada kegiatan belajar mengajar. ketidak asingan inilah yang menjadi faktor bagi para pelajar untuk mempelajari mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. karena faktor tersebut, kebanyakan dari para pelajar menganggap bahwa pelajaran bahasa Indonesia bukanlah mata pelajaran yang harus benar-benar ditekuni, sehingga rasa malas, jenuh dan bosan sering menginggapi mereka pada saat jam pelajaran tiba. rasa gengsi serta pandangan negatif terkait mata pelajaran bahasa Indonesia yang melekat dalam diri kebanyakan siswa seperti di atas, membuat mereka lupa bahwa sebenarnya pelajaran bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting. kenapa? hal ini bisa kita buktikan, dalam beberapa mata pelajaran yang menjadi target kelulusan siswa dalam ujian UAS yang salah satunya adalah mata pelajaran bahasa Indonesia.

Dalam pendidikan formal kita, ada ketentuan bahwa untuk dapat naik kelas atau lulus ujian seorang sisswa harus mendapat nilai bahasa Indonesia tidak kurang dari enam. artinya, kalau mereka mendapatkan nilai lima ke bawah meskipun mata pelajaran yang lain mendapatkan nilai yang bagus, maka siswa tersebut tidak akan lulus ujian. dari sini, bisa kita lihat bahwa bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang sangat penting, mengingat bahasa Indonesia adalah bahasa yang mempunyai status penting dan khas di negara kita, yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan di negara kita.

kalau ditelusuri lebih dalam, hal ini bukan sepenuhnya kesalahan dari siswa itu sendiri. siswa menjdi bosan, jenuh, dan malas belajar bahasa indonesia dikarenakan bahasa indonesia adalah mata pelajaran yang tidak asing lagi bagi mereka, yang hampir tiap hari mereka pelajari, baik secar langsung maupun tidak langsung. sejak mulai duduk di Sekolah Dasar sampai tingkat SMA pelajaran bahasa Indonesia selaui ditemui di sekolahan. kesalahan tersebut juga bisa kita arahkan pada para pendidik kita yang masih mengajar dengan metode lama, yang masih monotone. Dikebanyakan lembaga pendidikan, hal ini masih kerap diterapkan oleh kebanayakan guru di sekolah dalam proses kegiatan belajar mengajar, khususnya dalam pelajaran bahasa Indonesia. kurang pekanya seorang pendidik akan kebutuhan siswa mengakibatkan siswa cenderung malas dan mudah bosan, serta penggunaan media yang masih kurang dan kesalahan dalam memilih metode dalam mengajar. Di sini, guru sebagai seorang pendidik harus mampu mengetahui kebutuhan siswa sehingga peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar meskipun pelajaran tersebut bukanlah mata pelajaran favorit mereka.